Usai rilisan fisik “Kamar Malas” mendapat respon positif dari pendengar musik tanah air sejak diluncurkan Februari 20018 lalu, Gie, akhirnya melempar album penuh perdana mereka itu ke sejumlah gerai digital Sabtu (1/12/2018). Lagu-lagu yang kerap meruangkan koor saat di atas panggung seperti “Jarak”, “Tetaplah di Sini”, “Jam Pasir”, “Satu-Satunya”, dan deretan lagu lain dalam album bakal bisa dinikmati pecinta musik digital di gerai pilihan seperti Spotify, Joox, dan iTunes, dan lain sebagainya.
Adanya rentang waktu panjang sejak diluncurkan dalam sebuah konser intim di Lab.Karawatitan UNY Februari lalu hingga Desember ini bukan tanpa sebab. Wimar Yulius (vokal), Gatra (Gitar), Kaka (Kibor), Abe (Drum), dan Denny (Bass) sadar bahwa perilisan digital sangat penting, terlebih di era sekarang namun mereka ingin lebih mengekslusifkan “Kamar Malas” ke fans yang berani mengambil keputusan untuk mengapresiasi Gie lewat rilisan fisik.
“Selama ini perilisan fisik selalu menjadi hal penting bagi musisi untuk memperbesar penikmat baru sekaligus menyebarkan energi. Tapi Gie berbeda. Kami melakukan penundaan rilis digital untuk ekslusivitas ‘Kamar Malas’, lebih tepatnya menjalin relasi baik dengan pendengar lama dan baru yang berani mengambil keputusan untuk memperpanjang apresiasi terhadap Gie,” beber Wimar Yulius.
Gie pun berharap dengan rilisnya album secara digital ini bisa memperluas pendengar sekaligus melegakan para fans yang sudah sejak lama ingin menikmati album ini di platform dengar masing-masing. “Sudah banyak banget yang minta rilis ke GOTBLUESYOU Management (tempat Gie bernaung), mereka rata-rata ingin dengar ‘Tetaplah di Sini’, ‘Jarak’, dan ‘Satu-Satunya’. Semoga saja bisa melegakan dan memperluas pendengar,” harap Denny.
“Kamar Malas” merupakan album penuh kejutan karena tanpa cakram padat. Dalam album yang artwork-nya dikerjakan INVC X Regga Hendarto itu, Gie menyematkan barcode (QRCode), yang ketika dipindai bakal menuju ke laman khusus yang berisi seluruh lagu dalam album. Hingga saat ini album itu sendiri telah dicetak ulang sebanyak tiga kali. “Album ini memang lebih boom dibanding ‘Kopi Blues’ (mini album Gie yang rilis 2015) bahkan penjualannya sudah tiga kali pre-order. Lebih banyak dibanding ‘Kopi Blues’,” sambung Wimar.
Sebelum merilis album penuh secara digital, Gie lebih dulu melempar dua lagu dalam “Kamar Malas” ke sejumlah platform dengar digital yaitu “Tetaplah di Sini” dan “Jarak”. Jumlah pendengar dalam dua lagu itu cukup fantastis. “Jarak” contohnya. Tiga bulan setelah rilis, lagu yang paling banyak diminta saat manggung itu menembus 150 ribu airplay.
“Padahal umurnya baru tiga bulan selepas rilis. Kami sungguh senang dengan respon pendengar digital di Indonesia terutama yang mendengarkan Gie. Jumlah yang mengejutkan mengingat ‘Sendiri Menikmatimu’ dalam album mini ‘Kopi Blues’ butuh dua tahun menembus angka tersebut,” beber Wimar.
Apresiasi pendengar musik terhadap “Jarak” juga direspon Gie dengan merilis versi minimalis (piano dan vokal) beberapa waktu lalu ke Channel Youtube mereka. Komentar terhadap lagu apresiasi Gie untuk fans mereka ini nyaris sama: nggerus (galau panjang). “Sampai ada yang bilang versi biasanya saja sudah bikin nggerus lha ini versi pianonya bikin remuk hati. Kami sungguh senang sekali saling mengapresiasi dengan pendengar musik,” kata Gatra.
Kalangjati Saleh Muhammad
Adanya rentang waktu panjang sejak diluncurkan dalam sebuah konser intim di Lab.Karawatitan UNY Februari lalu hingga Desember ini bukan tanpa sebab. Wimar Yulius (vokal), Gatra (Gitar), Kaka (Kibor), Abe (Drum), dan Denny (Bass) sadar bahwa perilisan digital sangat penting, terlebih di era sekarang namun mereka ingin lebih mengekslusifkan “Kamar Malas” ke fans yang berani mengambil keputusan untuk mengapresiasi Gie lewat rilisan fisik.
“Selama ini perilisan fisik selalu menjadi hal penting bagi musisi untuk memperbesar penikmat baru sekaligus menyebarkan energi. Tapi Gie berbeda. Kami melakukan penundaan rilis digital untuk ekslusivitas ‘Kamar Malas’, lebih tepatnya menjalin relasi baik dengan pendengar lama dan baru yang berani mengambil keputusan untuk memperpanjang apresiasi terhadap Gie,” beber Wimar Yulius.
Gie pun berharap dengan rilisnya album secara digital ini bisa memperluas pendengar sekaligus melegakan para fans yang sudah sejak lama ingin menikmati album ini di platform dengar masing-masing. “Sudah banyak banget yang minta rilis ke GOTBLUESYOU Management (tempat Gie bernaung), mereka rata-rata ingin dengar ‘Tetaplah di Sini’, ‘Jarak’, dan ‘Satu-Satunya’. Semoga saja bisa melegakan dan memperluas pendengar,” harap Denny.
“Kamar Malas” merupakan album penuh kejutan karena tanpa cakram padat. Dalam album yang artwork-nya dikerjakan INVC X Regga Hendarto itu, Gie menyematkan barcode (QRCode), yang ketika dipindai bakal menuju ke laman khusus yang berisi seluruh lagu dalam album. Hingga saat ini album itu sendiri telah dicetak ulang sebanyak tiga kali. “Album ini memang lebih boom dibanding ‘Kopi Blues’ (mini album Gie yang rilis 2015) bahkan penjualannya sudah tiga kali pre-order. Lebih banyak dibanding ‘Kopi Blues’,” sambung Wimar.
Sebelum merilis album penuh secara digital, Gie lebih dulu melempar dua lagu dalam “Kamar Malas” ke sejumlah platform dengar digital yaitu “Tetaplah di Sini” dan “Jarak”. Jumlah pendengar dalam dua lagu itu cukup fantastis. “Jarak” contohnya. Tiga bulan setelah rilis, lagu yang paling banyak diminta saat manggung itu menembus 150 ribu airplay.
“Padahal umurnya baru tiga bulan selepas rilis. Kami sungguh senang dengan respon pendengar digital di Indonesia terutama yang mendengarkan Gie. Jumlah yang mengejutkan mengingat ‘Sendiri Menikmatimu’ dalam album mini ‘Kopi Blues’ butuh dua tahun menembus angka tersebut,” beber Wimar.
Apresiasi pendengar musik terhadap “Jarak” juga direspon Gie dengan merilis versi minimalis (piano dan vokal) beberapa waktu lalu ke Channel Youtube mereka. Komentar terhadap lagu apresiasi Gie untuk fans mereka ini nyaris sama: nggerus (galau panjang). “Sampai ada yang bilang versi biasanya saja sudah bikin nggerus lha ini versi pianonya bikin remuk hati. Kami sungguh senang sekali saling mengapresiasi dengan pendengar musik,” kata Gatra.
Kalangjati Saleh Muhammad