Walau pagi sebentar lagi menjelang
Aku tak ingin kau pulang
Karena masih ingin melihatmu di sini
Bolehkah kusimpan mata itu?
Sebagai penghias malamku
Kan ku tuang dalam rindu jika nanti kau pulang
Aku memintamu
Tuk tetap di sini
Biarkan kita nikmati malam ini
Hanya berdua saja
Biarpun malam ingin meraih pagi
Ku tetap tak peduli
Dibalik Lirik
Barangkali salah satu hal menyebalkan di dunia adalah perpisahan, bagaimanapun bentuk dan caranya. Beberapa menghabiskan sisa hidupnya untuk menangisi perpisahan, sebagian lagi justru percaya perpisahan adalah cara lain untuk mendefiniskan keikhlasan. Pada kasus yang pertama, jika menangis setengah usia hidup bisa merubah hidup menjadi lebih baik dan indah maka saya terpaksa mendukung semua orang untuk menangis sepanjang sisa hipunya hanya untuk meratapi perpisahan.
Di kasus yang lain, misalnya dalam lagu 'Tetaplah di Sini', betapapun menyebalkan, perpisahan cuma perlu persiapan. Bukankah pada akhirnya semua orang akan berpisah dengan orang terkasihnya? Mungkin yang membedakan adalah kapan tepatnya saat itu akan tiba. Di suatu malam yang hangat, sebelum kita benar-benar berpisah, bolehkah aku menjatuhkan rasa nyaman ini dalam pelukanmu? Sebentar saja, aku masih ingin kau di sini untuk beberapa detik saja. Sebelum nantinya kita akan sama-sama merawat rindu yang kita titipkan pada waktu.